TEMU MANGGA (Curcuma amada) famili Zingiberaceae merupakan tanaman asli daerah Indo-malesian, tersebar dari Indo-China, Taiwan, Thailand, Pasifik hingga Australia Utara.
Secara empiris, rimpang temu mangga secara tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan perut, nyeri dada, demam, maag, dan perawatan post partum. Temu mangga berkhasiat sebagai penurun panas (antipiretik), penangkal racun (antitoksik), pencahar (laksatif), dan antioksidan. Khasiat lainnya untuk mengatasi kanker, sakit perut, mengecilkan rahim setelah melahirkan, mengurangi lemak perut, menambah nafsu makan, menguatkan syahwat, gatal-gatal pada vagina, gatal-gatal (pruritis), luka, sesak napas (asma), radang saluran napas (bronkitis), demam, kembung, dan masuk angin.
Anti Diare
Diare atau dalam bahasa kasaranya menceret adalah sebuah penyakit dimana feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Aktivitas antidiare Curcuma zeodoria Rosc (temu putih) dan Curcuma mangga Val. Et. Zipp (temu mangga) diujikan pada tikus putih jantan dengan menggunakan Loperamide 0,24 mg/g bb sebagai kontrol positif.[2] Induksi diare menggunakan Oleum ricini (minyak jarak) 2 ml/ekor. Dosis yang digunakan untuk masing-masing bahan uji adalah 252 ; 2520 dan 7560 mg/200 gr bb, ekuivalen dengan 1, 10, dan 30 kali dosis manusia. Bahan uji diberikan dalam bentuk jus secara oral 1 jam sebelum diinduksi dengan minyak jarak. Pengamatan terhadap frekuensi dan konsistensi feses dilakukan dengan interval 30menit selama 5 jam. Hasil pengujian menunjukkan jus temu putih dan temu mangga pada dosis 7560 mg/200g tikus putih mempunyai efek antidiare yang cukup signifikan, namun masih lebih kecil dibandingkan dengan Loperamide. Efek antidiare terjadi dalam hal menurunkan frekuensi dan prosentase diare, memperbaiki konsistensi feses, dan memperpanjang waktu pertama diare. Perasan rimpang temu mangga memperlihatkan adanya khasiat anti diare walaupun efeknya lebih kecil dibanding loperamide.
Anti inflamasi
Anti inflamsi adalah obat-obatan yang mengurangi tanda-tanda atau gejala peradangan. Efek ekstrak etanol Curcuma mangga (CME) dan fraksinya seperti air, kloroform, etil asetat, dan fraksi heksan, dari rimpang temu mangga diselidiki pada respon nociceptive menggunakan gerakan tikus. Formalin tes pada tikus dengan model inflamasi menggunakan tikus yang dibuat edema dengan diinduksi oleh karagenan dan tikus yang dibuat edema telinganya dengan minyak puring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temu mangga dan semua fraksi (200 mg / kg,po) secara signifikan mengurangi jumlah gerakan tikus. Pemberian temu mangga, kloroform, dan heksana (200 mg / kg) melalui oral secara signifikan memperpanjang masa laten, sedangkan fraksi etil asetat dan air tidak memberikan reaksi. Efek temu mangga, fraksi kloroform, dan heksana dihambat oleh nalokson (2 mg / kg, intraperitoneal(i.p.)). Temu mangga dan semua fraksi pada dosis 200 mg / kg secara signifikan menghasilkan antinociception dihasilkan pada awal dan akhir uji formalin. Aktivitas penghambatan edema pada kaki tikus adalah fraksi kloroform > heksana > etil asetat > CME > air. Pada olesan topikal di telinga, temu mangga dan semua fraksinya menekan edema telinga. Temu mangga dan fraksi kloroform memperlihatkan penghambatan yang lebih besar, yaitu 53,97 dan 50,29%. Kesimpulan dari uji ini adalah temu mangga dan fraksinya terutama dari kloroform dan heksana dari rimpang temu mangga memiliki aksi sentral sebagai analgesik sebaik kerjanya sebagai anti inflamasi.