MY TEACHING MY ADVENTURE

Hatiku gelisah terus menunggu hasil pengumuman dan pertanyaan seperti dimana aku ditempatkan. Tempatnya seperti apa?, Bagaimana budaya disana?, dan Bagaimana murid disana?

Pertanyaaan-pertanyaan itu  terus datang dan menghantui pikiran ini. Akhirnya pengumuman penempatan keluar, tepatnya  sehari sebelum prakondisi. Ternyata, aku ditempatkan di kabupaten Merauke, Papua. Hatiku bergejolak karena aku ditempatkan di daerah konflik  dan aku hanya mendengar cerita-cerita miring daerah itu dari orang-orang dan berita di TV.

Setelah aku lulus kuliah bulan November 2014, banyak hal yang aku pikirkan. “Apa yang akan kulakukan setelah ini?” Kalimat tersebut selalu terngiang di otakku setiap hari. Terlebih, saat itu aku jenuh dengan segala rutinitas yang telah kujalani selama berbulan-bulan pasca lulus kuliah, yaitu belajar, jalan-jalan, dan bekerja sampingan.

Akhirnya, aku putuskan untuk mendaftar di salah satu bank lokal di daerahku dan akupun diterima. Namun, aku merasa bahwa bekerja di bank tidak sesuai dengan nati nuraniku. Sambil bekerja di bank tersebut, aku terus mencari dan mencari lowongan pekerjaan. Akhirnya, aku tertarik dengan dengan sebuah program dari Kementrian Ristek Dikti yaitu SM-3T (Sarjana Mendidik Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal).

Aku mencoba untuk meminta pendapat orang tua tentang program tersebut, namun apa yang aku peroleh justeru menyiutkan nyaliku. Aku mendapat tantangan berat dari kedua orang tuaku pada awalnya karena penempatan para peserta SM-3T hamper semuanya di daerah pedalaman Indonesia.  Walupun, pada akhirnya, mereka merestui setelah aku meyakinkan kedua orang tuaku untuk menggapai mimpiku menjadi seorang guru.

 Serangkaian tes telah aku jalani selama beberapa bulan untuk dapat menjadi peserta SM-3T, mulai dari tes akademik, tes kesehatan dan tes wawancara. Setelah aku dinyatakan lulus. Akupun  harus menunggu penempatan kemana aku harus mendharmabaktikan idealiasme ini.

Hatiku gelisah terus menunggu hasil pengumuman dan pertanyaan seperti Dimana aku ditempatkan, tempatnya seperti apa?, bagaimana budaya disana?, dan Bagaimana murid disana? terus menghantui pikiran ini.

Akhirnya pengumuman penempatan keluara sehari sebelum prakondisi di Akademi Angkatan Udara Adi Soecipto, Yogyakarta.  Jantungku berdetak kencang seperti genderang mau perang.

Ketika membuka pengumuman aku selalu berharap semoga ditempatkan di Kalimantan karena aku memiliki banyak saudara disana. Dengan penuh harap dan cemas, aku terus skrol mouse laptopku sampai pada namaku. Ternyata, aku ditempatkan di kabupaten Merauke, Papua.

Hatiku bergejolak karena aku ditempatkan di daerah Papua, yang hanya pernah aku dengar ceritanya dari berita saja. Sempat ada keinginan untuk mengundurkan diri tetapi keinginan untuk mengabdikan diri di negeri ini lebih kuat. Akhirnya aku berangkat untuk mengikuti prakondisi selama dua minggu di Akademi Angkatan Udara Adi Soecipto, Yogyakarta.

Disana aku berkumpul bersama teman-teman seperjuangan yang akan ditempatkan bersama-sama di Kabupaten Merauke. Kami semua seharusnya berjumlah 40 orang tetapi ada 2 orang yang mengundurkan diri, tidak tau apa alasannya.

Tanggal 18 agustus 2015 selesailah dua minggu prakondisi di Akademi Angkatan Udara Adi Soecipto. Kami diberikan waktu selama 3 hari untuk mempersiapkan diri berangkat ke penempatan masing-masing. Karena kecemasan kedua orang tuaku yang berlebihan, mereka membekali barang-barang yang melebihi batas berat bagasiku.

Tanggal 21 Agustus 2015 akhirnya kami ber 38 guru diberangkatkan ke Kabupaten Merauke. Kami berangkat pukul 20.00 WIB dari bandara Adi Soecipto Yogyakarta menuju bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Sampai di Jakarta Pukul 21.00 WIB untuk transit, kemudian pukul 22.00 WIB kami berangkat dari Jakarta menuju Kabupaten merauke sampai di Bandara Mopah Merauke pukul 08.00 WIT.

Kami disambut oleh beberapa orang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke dan mengantar kami ke Sekolah Satu Atap Wasur. Disana kami tinggal sementara sampai transportasi menuju sekolah masing-masing tersedia.

Kabupaten Merauke merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Indonesia, sehingga untuk transportasi menuju pedalaman sangat susah. Ada yang menggunakan perjalanan darat, laut, sungai, dan bahkan pesawat. Dua minggu lamanya saya tinggal di sekolah Satu Atap Wasur, sembari menggunggu waktu keberangkatan kami mengajar di sekolah tersebut.

Selain itu kami juga mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke pedalaman. Satu persatu teman-teman kami mulai diberangkatkan ke sekolah penempatan masing-masing. Mulai sepilah di sekolah Satu Atap Wasur tersebut hingga pada tanggal 3 September tahun 2015 giliran kami yang berada d penempatan pulau Yos Sudarso di berangkatkan bersama-sama.

Untuk menuju pulau Yos Sudarso dari kota Kabupaten merauke kami melakukan perjalanan menggunakan kapal perintis Sabuk Nusantara. Saat itu, kami berangkat dari kota Merauke pukul 08.00 WIT, pada saat itu ombak di perairan Arafuru sangatlah tinggi, gelombang menerjang kapal dengan sangat keras banyak diantara teman-teman kami yang mabuk laut. Dikarenakan belum pernah kami mengalami gelombang laut yang sebesar itu.

Akhirnya sampailah kami di pulau Yos Soedarso tepatnya di Distrik Kimam pukul 13.00. Disana kami beristirahat untuk melanjutkan perjalanan hari esok. Saat sampai di Distrik Kimam mulailah muncul keraaguan dihati saya, karena disana satu Distrik (Kecamatan kalua di Jawa) hanya ada satu ruas jalan. “Bagaimana nantinya di sekolah penempatan saya di Distrik Waan nanti?”.

Saat itu saya me- nyempatkan diri berbincang-bin-cang  dengan warga asli daerah sana (maklum di Merauke kota sebenarnya banyak pendatang), saya bertanya tentang bagaimana kea-daan di Distrik Waan. Beliau menyuruh saya untuk membeli pinang, sirih, dan kapur, kami tidak tahu untuk apa barang tersebut beliau hanya berkata untuk bahan kontak disana.

Seorang kepala pengawas yang kebetulan mendapat tugas mengantar kami kepedalaman yaitu bapak Baharudin Lahati, beliau menyuruh saya untuk membeli sebanyak-banyaknya air minum dari Distik Kimam. Menurut beliau di Distrik Waan tidak ada air bersih.  

Kemudian saya dan teman-teman yaitu Candra dan Dani, teman satu penempatan sekolah di Distrik Waan, membeli beberapa karton air minum mineral. Masing-masing dari kami memiliki 4 karton air minum mineral. Kami tidak bisa membeli lebih banyak lagi karena batas muatan.

Perjalanan kami berikutnya me-nuju Distrik Waan akan menggunakan speed boat. Malam harinya kami istirahat di sebuah sekolah yaitu di ruang kelas yang disulap menjadi sebuah kamar yang besar. Karena kecapekan yang luar biasa, Kami semua tidur disana pada saat itu. Esok harinya kami diberitahu bahwa yang akan berangkat adalah yang penempatan di Distrik Waan, Kampung Turiram dan Pulau Komolom.

Kami berangkat menuju pelabuhan pukul 05.00 WIT setelah Sholat Subuh. Kami berjumlah 8 orang dan 3 orang dari dinas Pendidikan, kami mulai menata barang-barang kami di speed boat masing-masing. Pukul 06.00 WIT kami berangkat melati sungai menggunakan speed boat, sampai ditujuan pertama yaitu kampung turiram pukul 08.00 WIT. Disana Isna dan Riky turun menuju tempat pengabdian mereka selama satu tahun.

Kami semua membantu Isna dan Riky menurunkan barang dan mengantarkan beberapa barang mere-ka sampai rumah yang akan mereka tempati, disana meraka disambut oleh kepala sekolah SD YPPK Turiram tersebut. Kemudian kami berpamitan kepada Isna dan Riky untuk melanjutkan perjalanan kami ke Pulau Komolom.

Kami berangkat sekitar pukul 10.00 WIT. dengan melewati selat Mariana. Setelah hamper 3 jam lamanya, sampailah kami di Pulau Komolom. Ada beberapa pemandangan yang membuat mata saya tercengang ketika sampai di pelabuhan Pulau Komolom. Kami melihat banyak sekali buaya di sekitar pelabuhan tersebut dan banyak sekali anak-anak kecil yang tidak memakai baju. Saya bertanya berapa luas pulau ini? Kata mereka luasnya hanya sekitar 5 Km saja.

Dikarenakan cuaca yang tidak mendukung dan gelombang laut yang tinggi kami tidak bisa melanjutkan perjalanan kami menuju distrik Waan, kami memutuskan untuk bermalam di Komolom. Kami bermalam di rumah yang akan ditinggali oleh Umi, Elly, dan Hari.

Pada malam hari kami memasak beberapa daging rusa yang dibeli oleh bapak Bahar dari warga setempat. Itulah pertama kalinya saya merasakan daging rusa. Kami menikmati makan malam sambil berbagi pengalaman dengan seru yang kami peroleh semenjak menginjakkan kaki ini di tanah Papua.

Pagi pukul 06.00, kami bersiap di pelabuhan. Rencananya,  yang berangkat kesana hanyalah kami bertiga dan bapak Bahar. Namun,  bapak Benhur, sekertaris dinas pendidikan Kabupaten Merauke dan bapak Untung Kabid SD dinas pendidikan Kabupaten Merauke,  ikut berangkat menuju distrik Waan.

Bersambung ……

Share Post

Tentang

SMP Negeri 8 Surakarta merupakan salah satu SMP Negeri yang ada di Surakarta, yang beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto No. 51, Jebres, Kota Surakarta.

Calendar

August 2019
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031