SMPN 8 Kota Surakarta – Dikutip dari laman resmi kemdikbud.go.id, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menegaskan tentang komitmen Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) guna menciptakan pendidikan yang bermutu dan dapat diakses oleh semua khalayak. Atip Latipulhayat menyampaikan pentingnya sinergi antara pemerintah, keluarga, serta masyarakat dalam membangun sistem pendidikan nasional yang inklusif.
“Kita harus kembali bersama ke pondasi pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan yang bermutu untuk semua. Ini bukan hanya cita – cita, tetapi sebuah keharusan dalam upaya kita membangun bangsa yang berdaya saing,” pungkas Wamen Atip dalam sambutannya pada kegiatan Lokakarya Pembangunan Ramah Keluarga dengan Tema: “Urgensi Kebijakan dan Implementasi Rekomendasi Pembangunan Ramah Keluarga (PRK) dalam Mewujudkan Keluarga dan Bangsa Berketahanan” Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/12/2024).
Wamen menyoroti pentingnya perubahan paradigma pendidikan dari sekadar schooling (bersekolah) menjadi learning (belajar). “Sekolah adalah salah satu sarana untuk belajar, tetapi bukan satu – satunya.” Imbuhnya. Pendidikan sejatinya merupakan proses belajar sepanjang hayat yang melibatkan semua aspek kehidupan, sebagai ujung tombak peran adalah keluarga.
“Keluarga adalah jangkar utama pendidikan. Kebiasaan baik yang ditanamkan di rumah akan membentuk karakter anak secara berkelanjutan,” tambahnya.
Sebagai bagian dari penguatan karakter, Wamendikdasmen mengumumkan rencana deklarasi 7 kebiasaan baik pada 27 Desember mendatang.
7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang meliputi:
- bangun pagi,
- beribadah,
- berolahraga,
- makan sehat dan bergizi,
- gemar belajar,
- bermasyarakat, dan
- istirahat cepat, dalam kehidupan mereka sehari-hari.
“Ini sebagai langkah awal yang sangat penting untuk membangun karakter anak sejak dini, dimulai dari keluarga sebagai institusi pendidikan pertama,” pungkasnya.
Menyoroti rendahnya skor Indonesia dalam PISA (Programme for International Student Assessment), Wamen Atip menggarisbawahi perlunya pendekatan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning), terutama dalam mata pelajaran sains dan matematika. Dengan joyful learning ini diharapkan mampu meningkatkan literasi dan matematika.
“Matematika sering kali dianggap menakutkan oleh siswa. Oleh karena itu, kita harus menghadirkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami. Ini bukan hanya tugas guru, tetapi juga peran keluarga untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung,” tambahnya.
Dalam kegiatan penutup, Wamen Atip menekankan akan pentingnya partisipasi semua pemangku kepentingan, termasuk keluarga, masyarakat, serta lembaga pendidikan, guna mewujudkan pendidikan bermutu. Pemerintah juga akan terus memperbaiki sistem pendidikan, salah satunya melalui revisi Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional yang akan menyatukan regulasi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi ke dalam kerangka hukum yang terpadu. Kolaborasi semesta sangat diperlukan untuk pendidikan yang lebih baik
“Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Mari kita bangun sinergi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, namun juga berkarakter kuat dan bermartabat sesuai dengan nilai – nilai luhur kebangsaan kita,” pungkasnya.