Pada tanggal 23-28 Maret 2019, siswa kelas 8 SMP Negeri 8 Surakarta melaksanakan edukasi wisata di pulau Dewata, Pulau Bali. Mengapa harus Bali?
Bali telah menjadi ikon wisata nomer wahid tidak hanya di tingkat domestik saja namun juga di tingkat internasional. Bahkan banyak orang di luar negeri mengenal pulau ini jauh lebih baik dari pada negaranya itu sendiri, yakni Indonesia.
Berkat nama besar itulah, sebagian besar siswa disini tidak gentar dengan kondisi saat itu dan tetap menjadikan Pulau Bali sebagai pilihan utama untuk dikunjungi.
Saat itu, pulau tetangga pulau Bali, yaitu Pulau Lombok baru saja mengalami musibah gempa bumi dan kondisi gelombang di Pantai selatan baru mengalami pasang. Kondisi alam yang tidak bersahabat inilah yang menjadikan orang tua siswa MEMINTA untuk mempertimbangkan kembali tujuan wisata yang sudah ditentukan sebelumnya.
Setelah melalui jalan berliku, keputusan oleh sebagian besar siswa dan orang tua tetap menjadikan Pulau Bali menjadi tempat tujuan mereka. Demikianlah sekelumit kronologi pemilihan tempat tujuan edukasi wisata siswa kelas 8 Tahun Ajaran 2018/2019 SMP Negeri 8 Surakarta.
Pada pukul 19.30 WIB, rombongan sampai di Rumah Makan di daerah Pasuruan, Probolinggo untuk melakukan MCK, makan malam, dan melaksanakan sholat Maghrib dan Isya’di jamak. Setelah itu, rombongan segera melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan penyebrangan. Dalam kondisi perut penuh, badan segar sehabis mandi, dan kondisi gelap di dalam mobil membuat sebagian besar tertidur dengan pulasnya.
Sekitar Pukul 02.00 WIB, rombongan sampai di Pelabuhan Ketapang tetapi tidak bisa langsung menyeberang karena bulan ini adalah bulan wisata. Rombongan harus mengantri untuk mendapatkan giliran menyebrang selama kurang lebih satu jam. Untuk itu, peserta dipersilahkan untuk ke restroom bagi mereka yang ingin melakukan, se-kedar minum kopi di warung ataupun duduk-duduk di sepanjang tro-toar parker bus. Tetapi mereka ma-sih dalam pengawasan panitia.
Ketika giliran tiba, rombonganpun diarahkan menuju ke feri penyebrangan dengan jalan kaki berdasarkan urutan bus mereka. Dalam hal ini, rombongan terbagi menjadi dua kloter 2 diri. Karenanya, rombongan diberangkatkan berdasarkan urutan bus yang mereka tumpangi.
Setelah rombongan masuk ke kapal feri, penyebranganpun segera dimulai. Namun ada satu hal yang menarik bagi kami yaitu adanya anak-anak setempat yang melaku-kan atraksi terjun dari feri dan meminta untuk dilemparkan uang ke laut dan meraka akan menangkapnya. Tetapi setelah kapal feri berjalan menuju ke lautan, merekapun kembali ke tempat awal dengan berenang.
Selama hampir satu jam penyebrangan, banyak peserta yang melanjutkan hobi mereka, yaitu tidur. Sebagian ada yang melakukan selfi dengan latar belakang kapal feri dan laut di malm hari. Ada juga yang menikmati keindahan laut di malam yang dingin membeku sambil minum kopi dan makan makanan ringan yang dibawa dari rumah.
Setelah sampai di pelabuhan Gilimanuk, rombongan turun langsung menuju bus yang sudah menantinya untuk melanjutkan perjalanan ke kota Denpasar, khususnya Tanah Lot sebagai destinasi pertama kami. Pasalnya, rombongan diharapkan sampai di tujuan bertepatan dengan waktu Subuh sehingga rombongan bisa melaksanakan MCK, sholat Subuh, dan istrirahat sejenak sampil menunggu matahari terbit di Tanah Lot. Di lokasi ini, kita harus merogoh isi dompet sebesar Rp. 3.000,00 untuk sekedar buang air besar/kecil, sedangkan untuk mandi Rp. 5.000,00.
Ketika menjelang matahari terbit, rombongan diarahkan ke lokasi dengan jalan kaki sekitar 15 menit dari tempat parkir bus. Karena senangnya sudah sampai di lokasi, panitia langsung mengarahkan peserta untuk berfoto bersama dulu sebelum mempersilahkan mereka untuk menikmati indahnya tanah Lot dan terbitnya matahari.
Disini, para siswa nampak bahagia sekali sekalipun mereka capek dalam perjalanan. Mereka bergerombol melakukan foto secara bergantian dari latar belakang pantai, pura, sampai pada batuan besar yang terkena ombak. Sementara itu, guru pembimbing terus mengawasi mereka dari kejauhan untuk memastikan mereka tidak melakukan hal-hal yang membahayakan diri mereka atapun melanggar aturan budaya Bali.
Setelah puas dengan lokasi yang relatif kecil ini, merekapun dikondisikan untuk segera menuju ke bus masing-masing karena mereka harus check-in di hotel sekaligus mandi, sarapan, dan persiapan menuju ke obyek berikutnya yaitu pantai Pandawa.
Untuk menuju ke lokasi parkiran bus, banyak toko-toko yang sudah mulai buka disepanjang jalan. Di sini kita bisa membeli kaos-kaos, sarung, selendang, dan asesoris lainnya berkhas pulau Bali dari harga yang paling murah sampai ratusan ribu per itemnya. Karena kondisi kecapekan, terlihat hanya beberapa peserta rombongan saja yang melakukan transaksi.
Karena terjadi perubahan jadwal yang seyogyanya ke penginapan, rombongan diarahkan ke obyek berikutnya yaitu Tanjung Benoa. Sebelum menikmati pemandangan pantai dan permainan air yang beraneka ragam seperti speedboat, banana, atau parasailing yang ditarik speedboat. Mereka melakukan MCK, makan siang, dan sholat disini. Setelah selesai kegiatan tersebut, para siswa sebagian besar tertarik mengunjungi pulau penyu. Untuk menuju ke sana, mereka harus naik speedboat dengan membayar Rp. 2000 per siswa dalam satu rombongan yang berjumlah sepuluh peserta.
Di pulau Penyu ini, rombongan bisa menikmati penangkaran penyu yang sudah mulai punah. Tidak hanya penyu saja, namun kita juga bisa menemukan berbagai ma-cam satwa yang sudah mulai punah ditemukan di Bumi Nusantara seperti burung beo, ular, dan satwa lainnya. Disini sudah tidak dipunggut biaya lagi apabila ingin berfoto ria dengan binatang tersebut.
Setelah agak sore, akhirnya rombongan melanjutkan ke obyek terakhir di sesi hari ini, yaitu pantai Kuta. Adalah sesuatu yang disengaja mengapa mengunjungi pantai ini di sore adalah bahwa kita biasa menikmati suasana matahari terbenam alias sunset. Berbeda dengan pantai lainnya, pantai Kuta ini justeru banyak didatangi wisatawan mulai sore hari sampai tengah malam hari.
Pada malam hari, kehidupan disekitar Pantai Kuta nampak lebih hidup bila dibandingkan siang hari. Banyaknya mal, pertokoan, maupun banyak pub-pub dengan sajian music live sangat menjadikan area ini menjadi lebih semarak.
Setelah matahari tenggelam, tombongan dibawa ke penginapan, Hotel Pelopor, untuk mandi, makam malam, dan beristirahat.
Hari kedua
Setelah mandi dan menikmati sarapan di Hotel, misi rombongan dimulai kembali dengan mengunjungi Museum Bajra Sandhi sekitar pukul 8. Museum ini merupakan monumen perjuangan rakyat Bali untuk memberikan hormat kepada para pahlawan dan sebagai lambang pesemaian pelestarian jiwa rakyat Bali dari generasi ke genarasi.
Sekitar pukul dua jam disini, rombongan melanjutkan Obyek selanjutnya adalah pantai Pandawa. Setelah perjalanan sekitar 90 menit tibalah rombongan sampai tujuan. Sebelum mereka turun dari bus, panitia menginformasikan durasi waktu mereka di pantai itu dan untuk memperhatikan waktu ada.
Pantai Pandawa, peserta wisata bisa menikmati permainan air yang relatif aman dan murah seperti menyewa selanjar, bermain kanu, atapun hanya berma-in-main air saja. Namun harus diingat bahwa di pantai ini banyak ditemukan bulu babi yang bisa menyebabkan mereka panas dingin bila mengenai kaki mereka.
Ditengah teriknya matahari, seakan para pengunjung tidak peduli dengan panasnya siang. Bagi wisatawan asing, justeru kondisi inilah yang mereka nanti-nantikan untuk berjemur atau mandi matahari sambal tiduran. Bagi rombongan kita, mereka tetap bahagia dengan berfoto ria, bermain air, belajar berselanjar, atau hanya sekedar jalan jalan di tepi pantai. Terik matahari bukanlah masalah buat mereka.
Sesuai waktu yang yang dijadwalkan, sekitar jam 3 rombongan diberangkatkan kembali menuju obyek selanjutnya, yakni Garuda Wisnu Kencana (GWK). Di sini, mereka akan disuguhi tarian tari yang paling terkenal di pulau ini, yakni Tari Barong dan menikmati mahakarya seniman Bali yaitu patung Garuda dengn ukuran yang tidak biasa yang dinaiki Dewa Wisnu.
Tempat ini menjadi hal yang berbeda dan istimewa bila diban-dingkan dengan oyek wisata lainnya yang ada di Bali. Mayoritas obyek memanjakan keindahan pantai dan tempat bermain bagi wisata, GWK hadir dengan onyek yang berlokasi di dataran tertinggi yang ada di pulau Bali dan dipenuhi ruang-ruang bernuansa batuan asli yang terpahat dengan indah dan berarsitektur kelas wahid.
Sambi menunggu pagelaran tari Barong dimulai, rombongan bisa menikmati keindahan patung Wisnu raksana dan patung Garuda yang berada dibelakang patung Wisnu. Di depan patung garuda tersebut, terdapat pelataran yang luas dan me-gah untuk beristirahat dan melihat patung tersebut dari jarak jauh. Setelah itu, rombonganpun melan-jutkan perjalanan menuju ke hotel untuk makan malam dan bersitirahat.
Hari ketiga
Malem sebelum tidur, peserta sudah banyak yang melakukan pengepakkan atau packing semua barang-barangnya yang dibawa karena mereka langsung check-out setelah sarapan pagi besoknya untuk melanjutkan obyek wisata berikutnya, yakni Bedugul.
Sekitar pukul 8, rombonganpun check-out dan langsung berangkat menuju ke Danau Bedugul. Namun sebelum kesana, rombongan akan mampir untuk shopping di tempat yang tunggu-tunggu, yakni Jogger. Bagi para remaja, mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang apabila mereka ke Bali tetapi kok tidak membeli produk dari Jogger.
Menjelang waktu sholat Dhu-hur, rombongan sudah sampai di Jogger. Setelah melewati penga-wasan yang ketat sebelum masuk ke took oleh petugas keamanan, mereka langsung hunting barang-barang sudah mereka daftar sebelum, baik untuk keperluan diri sendiri ataupun titipan keluarga atau teman di rumah. Sekita satu jam yang dijadwalkan, merekapun keluar sambil membawa jinjingan mereka dengan wajah ceria. Sambil menunggu semua peserta kumpul semua, sebagian rombongan bisa menikmati lunchbox di dalam bus yang pihak biro sudah mempersiapkan
Setelah semua berkumpul, rombongan melanjutkan perjalanan mereka ke tujuan wisata terakhir mereka. Dari Jogger, perjalanan menuju ke Danau Bedugul ditempuh kurang lebih dua jaman. Ketika sampai ditujuan, banyak dari mereka juga tertidur.
Sebelum menikmati indahnya danau dan fasilitas yang ditawarkannya, panitia mengajak rombongan untuk melaksanakan ibadah terlebih dahulu karena setelah dari sini, rombongan langsung menuju ke Pelabuhan Gilimanuk.
Setelah kurang lebih Sembilan puluh menit menikmati suasana Danau Bedugul, kamipun sedih harus meninggalkan Bali tetapi juga merasa senang karena sebentar lagi bisa bertemu dengan orang-orang yang mengasihi kita di rumah.
Selamat tinggal Baliku, tunggu aku kembali suatu hari nanti. Setahun, dua tahun, ataupun sepuluh tahun lagi. Tapi satu hal yang pasti bahwa kami tidak bisa bersama lagi seperti sekarang ini. Tapi kenangan bersama ini tidak akan pernah sirna seumur hidup ini. “We will miss our togetherness and never forget it in the rest of our life!!!!”