Dalam upaya untuk mengantisipasi degradasi moral akibat globalisasi yang tidak bisa terbendung saat ini, Kerohanian Katolik (ROKAT) SMP Negeri 8 Surakarta mengadakan kegiatan Retret di akhir semester gasal, tepatnya pada hari Sabtu-Minggu tanggal 15-16 Desember 2019 di Bukit Hermon Tawang Mangu, Karanganyar.
Ketidakjujuran, tawuran, bah-kan tindak asusila oleh warga sekolah adalah fenomena yang bukan hal baru lagi. Hal ini menja-dikan tantangan dunia pendidikan menjadi lebih berat. Menurut Ibu F. Nita Purwaningsih, S.Ag. selaku pembina kerohanian agama Katolik SMPN 8 Surakarta, senjata ampuh untuk menanggulangi sega-la permasalahan sosial tersebut adalah melalui pembinaan agama dan keimanan.
“Untuk memberikan pencerahan dan memperbaharui sikap dan tingkah laku mereka dengan sesama dan khususnya dengan Tuhan” ungkap ibu Nita. Selain itu, kegiatan ini juga diha-rapkan mampu menjadi jembatan bagi siswa-siswi Katolik guna men-jalin hubungan yang lebih pribadi dan akrab sebagai saudara.
Secara etimogis, ‘retret’ berasal dari kata dalam bahasa Inggris ‘retreat’, yang berarti menarik diri atau mengasingkan diri. Dalam pengertian umum, retret dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menarik diri atau mengasingkan diri dari keramaian atau dari kesibukan rutin ke suatu tempat yang tersen-diri selama kurun waktu tertentu untuk beristirahat atau memu-satkan perhatian pada hal-hal atau tugas pelayanan khusus. Dalam ke-giatan kali ini, retret bisa diartikan sebagai kegiatan mengasingkan diri dengan tujuan untuk pembinaan atau pemeliharaan spiritual atau iman anggota jemaat.
Kegiatan Retret yang diikuti oleh seluruh siswa Katolik kelas 7, 8 dan 9 ini bekerjasama dengan Tim Komi-si Karya Misioner Kevikepan Sura-karta yang mana Tim tersebut telah berpengalaman dalam mengolah ji-wa anak khususnya remaja dalam perkembangan iman mereka.
Kegiatan ini diawali dengan mengajak peserta untuk mengenal dan memahami dirinya (Who Am I?) dan menyadari bahwa setiap pri-badi mempunyai keunikan sendiri sehingga mereka mampu untuk bekerjasama. Agar peserta antu-sias dan tidak membosankan, kegiatan ini dikemas dalam games games seru, diskusi kelompok, gerak dan lagu, dan sharing iman,
Harapan besar ingin diraih dari kegiatan ini adalah menyadarkan peserta agar senantiasa terlibat secara aktif secara fisik dalam pelayanan menggereja tidak hanya disibukkan oleh kesenangan dunia di era digital ini yang menawarkan berbagai kenikmatan dalam dunia maya yang merusak nilai-nilai dasar spiritualitas mereka.
“Bagaimanapun canggihnya teknologi, tetap saja tidak bisa menggantikan sentuhan kasih, per-hatian dan pelayanan” ungkap Ibu Nita seraya mengu-atkan keyakinan tersebut dengan mengatakan” “Teknologi dibuat untuk memudahkan manusia, tetapi Imanlah yang akan menye-lamatkan manusia”.