Hari…..berganti hari….. Minggu…… berganti minggu……. bahkan bulan sudah berganti bulan. Aku menunggu dan selalu menunggu mengharap pemanggilan lamaran yang waktu itu aku buat banyak lamaran yang aku masukkan kebanyak perusahaan di sekitar kotaku dimana aku berdomisili.
Akhirnya pekerjaanku hanya bengong sambil melamun untuk menantikan pekerjaan yang sangat aku harapkan. Ingin usaha sendiri tapi aku tak punya modal!. Aku benar-benar bingung harus ba-gaimana?.
Suatu hari kuni-atkan untuk berte-mu teman-temanku untuk menghilang-kan rasa jenuh da-lam penantian yang tidak tentu, yaitu mengharap panggilan dari salah satu lamaran peker-jaannku. Ketika per-jalanan menuju ke rumah temanku, di pertigaan pojok ujung jalan aku melihat benda hitam yang begitu menarik perhatianku. Akhirnya kuniatkan diri ini untuk meng-hampiri benda itu dan kebetulan di jalan itu tampak sepi tak satupun orang yg lewat.
Tak kukira dan tak kusangka, begitu kuambil benda itu ternyata dompet yang berwarna kehitaman. Segera aku buka dompet itu karena begitu penasaran hati ini. Betapa terkejutnya hatiku ketika aku mengetahui isi dompet hitam itu. Di dalamnya ada lembaran ratusan ribu dan sebagian lima puluhan ribu, KTP, SIM A dan C, surat-surat penting, dan beberapa kartu ATM, ada BCA, BRI, Mandiri, BNI. Begitu fantastinya isi dompet itu.
Pikiran buruk muncul dibenakku. Kalau dompet ini tidak aku kembalikan kepemiliknya, aku bisa usaha dengan modal yang ada di dalam dompet itu. Tapi…….. Tidak! Aku harus mengembalikan dompet itu pada pemiliknya.
Tak lama setelah aku pulang dari rumah temanku, kubuka lagi dompet warna hitam itu dan aku keluarkan kartu KTP yang ada di dalamnya. Entah malaikat apa yang datang pada diriku, tiba-tiba kuni-atkan diri ini untuk mencari alamat yang ada di KTP di sore itu.
Berdasarkan alamat di KTP, aku menemukan alamat itu dengan mudah. Aku terkejut karena alamat itu berlokasi di perumahan elit di kota dimana aku tinggal. Peru-mahan itu dekat dengan pusat perbelanjaan yang mewah dan hotel be-rbintang kelas kakap.
Tibalah aku di depan ru-mah yang sangat besar dan tanah yang luas dengan bangunan yang amat mewah. Kupencet bel rumah yang tertempel di pagar rumah mewah itu. Tettttt…….. Teeeeettt….
Tak lama sebentar kemudian, kudengar ada suara orang yang membukakan gerbang pagar dari rumah mewah itu.
“Permisi, pak….. Benarkah ini rumah Pak Burhan?” tanyaku.
“Iya benar, kamu siapa, ya…..?” tanya bapak yang membukakan pitu pagar.
“Saya Arman Pak, ingin bertemu dengan Pak Burhan, ada urusan yang sangat penting pak.” jawabku.
“Baikalah silahkan masuk, kebetulan bapak masih ada, belum berangkat rapat.” jawabnya.
Segeralah aku masuk dan mengikuti bapak yang membukakan pintu pagar itu menuju ruang tamu rumah mewah itu. Aku masuk dengan perasaan grogi dan mlinder, ke dalam rumah mewah itu.
Tidak lama kemudian, tampak-lah di depanku seseorang dengan wajah seperti yang ada diKTP yang aku temukan. Melihat dari dari sorot mata Pak Burhan, beliau adalah orang yg arif dan bijaksana.
“Ada apa….ya? ”Dan aNak ini siapa ….?” tanya pemilik rumah mewah itu.
“Saya Arman, Pak. Mohon maaf Bapak sebelumnya, saya sudah berani mengganggu aktifitas bapak. Apakah benar benda ini milik bapak?” jawabku sambil menun-jukan dompet warna hitam itu.
Pak Burhan segera mengambil dompet yang saya tunjukkan dan mem-bukanya. Dengan wajah yang penuh keceriaan pak Burhan meng-angguk-anggukkan kepalanya pertanda benda tersebut adalah miliknya.
“Terima kasih sekali ya Nak. Saya sudah bingung dan mencarinya ke mana mana?” ucapnya.
“Maaf bapak, dompet itu saya ketemukan di pinggir jalan persis di pertigaan dekat hotel”, kataku meme-cahkan keheningan saat itu.
“Oh, yaa…. silahkan duduk, Nak !” pintanya.
Akupun duduk di samping Pak Burhan.
“Kau tinggal dimana, Nak? Dan bekerja dimana?“ tanya Pak Burhan dengan penuh penasaran.
“Di Komplek Asri, Pak. Saya sudah menganggur sudah agak lama, sudah memasukkan lamaran tetapi tak satupun perusahan yang memanggilnya.” jawabku
“Begitu ya! Kalau aNak tertarik, silahkan temui saya besok jam 9 di kantor” kata beliau sembari mem-buka dompet dan memberikan kartu namanya.
“Kebetulan, di perusahaan yang bapak pimpin sedang mem-butuhkan staf administrasi. Ba-rangkali saja kamu tertarik.”
“Sungguh, Pak?” kataku.
“ Iya, Nak. Saya membutuhkan karyawan yang berkarakter seperti kamu, memiliki dedikasi tinggi dan kejujuran yang luar biasa.” jawab-nya dengan tegas.
“Terimakasih bapak dan saya mohon ijin untuk pulang. Sekali lagi, terimakasih atas kebaikan bapak.”
Akupun segera minta diri untuk pulang dan meninggalkan rumah mewah itu dengan perasaan yang sangat gembira. Sesampai di rumah, aku langsung ceritakan tentang peristiwa yang baru saja aku alami kepada anggota keluar-gaku. Merekapun bahagia!
Tak lama setelah itu, kudengar suara adzan dan segeralah aku mengambil air wudlu untuk sholat magrib. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah menunjukkan jalan ini!
Sekian!