TINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PROGRAM PINTAR TANOTO FOUNDATION

Kehidupan dan pekerjaan-pekerjaan di abad 21 semakin menuntut seseorang untuk kreatif dan inovatif, mampu bekerja dalam tim yang semakin multikultur, mampu mengolah informasi dan memanfaatkannya untuk kehidupan. Untuk itu, pendidikan di sekolah diharapkan dapat mempersiapkan siswa agar menguasai berbagai keterampilan tersebut. Menyikapi tantangan tersebut, Tanoto Foundation, yayasan filantropi yang berfokus kegiatan pada sektor pendidikan, mengembangkan program nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia dengan meluncurkan program Pengembangan inovasi untuk kualitas pembelajaran (PINTAR)

Program Pintar merupakan salah satu komponen dari komitmen Tanoto Foundation dalam mengembangkan Lingkungan pembelajaran yang berkualitas. Program pengembangan inovasi kualitas pendidikan ini dirancang untuk mendukung Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui program penguatan kapasitas pengelolaan dan kepemimpinan sekolah serta peningkatan kualitas guru yang dilakukan secara terstruktur.

Untuk menjalankan program tersebut, pihaknya telah melatih ratusan fasilitator yang terdiri dari guru dan guru untuk mengembangkan pendidikan yang menekan-kan pada pembelajaran siswa aktif di kota Surakarta. Salah satu strateginya adalah dengan mengembangkan praktik-praktik terbaik dalam pembelajaran, manajemen, dan kepemimpinan di sekolah mitra, serta mendukung pemerintah daerah untuk mempertahankan praktik yang sudah dikembangkan ke seko-lah-sekolah  mitra. Salah satu sekolah mitra yang ditunjuk adalah SMP Negeri 8 Surakarta.

Pembelajaran Aktif

Tanoto Foundation melalui Program PINTAR melatih dan mendampingi para guru untuk menerapkan unsur pembelajaran aktif mengalami, interaksi, komunikasi dan refleksi atau MIKIR dalam pembelajaran. Pembelajaran Aktif.

Untuk mendukung implementasi pembelajaran aktif tersebut, para guru juga dilatih mengembangkan tugas atau pertanyaan yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran (HOTS/higher order thinking skill). Dengan menerapkan pembelajaran aktif tersebut, pada saat yang sama, siswa dipersiapkan memiliki keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, memecahkan masalah secara kreatif, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik.

Pendekatan ini merupakan upa-ya dalam menjawab tantangan abad 21 dan memperpraktiskan  unsur lima M yang ada dalam kurikulum 2013 yaitu mengamati, menanya, menyajikan, menalar, dan mencoba. Dengan pendekatan pembelajaran tersebut, para siswa secara lebih praktis diajak untuk kreatif, mampu berkolaborasi dalam tim, dan kritis selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam hal ini, SMP Negeri 8 Surakarta telah mengirimkan sebanyak delapan (8) guru yang terbagi dalam empat mata pelajaran yaitu mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, dan Bahasa Inggris untuk  mengikuti 4 hari pelatihan Program PINTAR yang berlangsung hari Senin-Kamis (10-13/9/2018).

Setelah mendapatkan pelatihan ini, masing-masing kelompok mapel beserta guru mapel sejenis dari dua (2) sekolah lain yang difasilitasi guru pembimbing akan melakukan team teaching dari sekolah satu ke seko-lah lainnya. Setelah pengajaran sele-sai, mereka akan melakukan refleksi bersama untuk pembelajaran berikutnya yang lebih baik.

Mereka harus bekerjasama dalam kelompok yang berbeda-beda, mempresentasikan di depan kelas sehingga mendorong rasa percaya diri dan juga merefleksi kekurangan semua aspek pembelajaran yang sudah dilangsungkan yang menjadikan mereka kritis,

Budaya Baca

Membaca merupakan kunci dalam proses belajar. Saat seseorang memiliki kemampuan membaca yang baik, maka ia akan dapat menyerap berbagai macam pengeta-huan. Hal ini penting untuk meningkatkan kesempatan orang tersebut dalam memperbaiki kehidupannya. Sekolah, adalah tempat yang paling efektif menumbuhkan budaya baca dan meningkatkan kemampuan baca anak-anak.

Menurut hasil Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan siswa dalam membaca, Indonesia menempati urutan 66 dari 72 negara yang disurvei. PISA merupakan studi internasional tentang kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun dan bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil PISA tersebut, para pelajar Indonesia meraih skor 397 dalam kemampuan membaca. Bila  dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia tertinggal dari Malaysia di peringkat 43 dengan skor 431, dan Singapura di peringkat pertama dengan skor 535. Kerja pemerintah dalam upaya peningkatan kemampuan membaca masyarakat Indonesia tentu lebih mudah dan cepat bila didukung oleh semua pihak. Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kemampuan membaca.

Untuk mengiatkan minat baca peserta didik, SMP Negeri 8 Surakarta telah menyelenggarakan program-program literasi seperti berikut:

1. Pembiasaan membaca 10 menit

Program pembiasaan membaca ini dilaksanakan dua kali dalam seminggu tepatnya 10 menit sebelum pelajaran di mulai. Didampingi oleh guru yang mengajar saat itu, siswa diajak untuk membaca bacaan yang mereka sukai dan miliki. Sehingga dalam kurun waktu tertentu, siswa mampu menyelesaikan bacaan tersebut dengan baik. Hal ini diharapkan bisa merangsang kesenangan mereka dalam membaca buku.

2. Pengajaran di perpustakaan

Mengajak peserta didik rutin mengunjungi perpustakaan sekolah untuk belajar dan menumbuhkan budaya baca di perpustakaan adalah salah satu cara mudah untuk dila-kukan. Kegiatan pengajaran dila-kukan di perpustakaan  dengan cara peserta didik diminta membaca beberapa buku yang relevan. Dengan diawali kegiatan membaca, mereka akan memiliki bekal pengetahuan sehingga mereka menjadi lebih aktif mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.

3. Membuat Pojok Baca

Membuat tempat untuk membaca di kelas bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan minat baca peserta didik. Kita bisa memulainya dengan membuat pojok baca yang tidak membutuhkan tempat yang besar. Bermodal sebuah meja dan beberapa koleksi buku, pojok baca di belakang kelaspun bisa dibuat.

4. Menjalankan Sistem Buku Bergulir

Akan sangat baik bila kita membentuk komunitas rumah baca atau pojok baca antar kelas. Dari beberapa pojok baca dalam sekolah itu, kita bisa menjalankan sistem buku bergulir. Bertukar koleksi buku antar anggota pojok baca bisa menghi-langkan kebosanan akibat koleksi buku yang itu-itu saja.

Manajemen Berbasis Sekolah

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, semua sekolah telah memiliki komite sekolah, yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah. Masyarakat dari berbagai lapisan sosial ekonomi telah mengetahui betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah. Namun dalam implementasinya banyak yang kurang memahami bentuk riil, terkait apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan potensi sekolah.

Melalui program PINTAR, Tanoto Foundation mengadakan pelatihan penguatan peran strategis PSM diikuti oleh 38 orang peserta berasal dari sembilan sekolah mitra PINTAR Tanoto Foundation dan Universitas Sebelas Maret (UNS) dari unsur kepala sekolah, guru senior, komite sekolah, pengawas dan fasilitator kota dari kecamatan mitra di Kota Solo pada bulan Februari lalu di Hotel Megaland Solo.

Untuk hal ini, SMP Negeri 8 Surakarta mengirimkan kepala sekolah, waka kurikulum, waka humas, dan satu tenaga administrasinya untuk mengikuti pelatihan tersebut. Program PINTAR mengembangkan ke-pemimpinan dan manajemen seko-lah yang lebih partisipatif, akuntabel, dan berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dalam pembelajaran misalnya melalui supervisi (kunjungan kelas dan pendampingan kepada guru). Pada aspek manajemen sekolah, orang tua  dan masyarakat juga terlibat aktif dalam mendukung keberhasilan pembelajaran aktif.

Namun hal ini bergantung pada cara sekolah mendorong peran serta masyarakat (PSM) agar mau membantu. Seperti menjadi guru bantu atau guru tamu di bidang  kesenian, keterampilan hingga agama.

Semua pihak bisa dilibatkan untuk membangun dan mengembangkan sekolah dengan partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran dan keahlian. Sebagai contoh, ketika sekolah sedang menyusun rencana kerja sekolah (RKS), hingga rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Masyarakat bisa memberi-kan masukan, ide-ide atau pemi-kirannya untuk kemajuan sekolah.

Komite bersama guru menggelar ‘kelas inspirasi’ yakni orangtua siswa dengan beragam profesi datang ke sekolah, bercerita tentang pengalaman belajar dan pekerjaannya sehingga menghadirkan inspirasi, motivasi, sekaligus kebanggaan anak terhadap orang tuanya.

Kunci untuk mengaktifkan PSM adalah manajemen sekolah yang transparan, akuntabel, dan partisi-patif. PSM juga akan terwujud bila sekolah melakukan pendekatan dan terbuka kepada masyarakat baik yang terkait program maupun keuangan.

Share Post

Tentang

SMP Negeri 8 Surakarta merupakan salah satu SMP Negeri yang ada di Surakarta, yang beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto No. 51, Jebres, Kota Surakarta.

Calendar

August 2019
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031